PAKAIAN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA SESUAI TINGKATAN SOSIAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT ,karena dengan limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya makalah ini
dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini membahas “ PAKAIAN BAGI
KEBUTUHAN MANUSIA SESUAI TINGKATAN “.
Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana
manusia berpakaian sesuai dengan tingkatan social mereka. Yang dapat
dilihat dari bagaimana mereka memilih dan membeli pakaian itu sendiri.
Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Depok, 2 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDUHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………
1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………….
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Teori Kebutuhan Maslow ……………………………………………………
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Berpakaian ……………
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pentingnya Pakaian Bagi Manusia ……………………………………….
3.2. Hubungan Pakaian dengan Gaya Hidup …………………………………
3.3. Pengaruh Harga Terhadap Daya Beli Konsumen ………………………
3.4. Cara Berpakaian Sesuai Tingkatan Social Manusia …………………….
PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakaian adalah salah
satu kebutuhan penting juga penunjang penampilan bagi manusia. Pakaian
juga mencerminkan pribadi orang yang memakainya.
Begitu banyak gaya
hidup yang dianut oleh manusia pada saat ini. Dari tingkat bawah sampai
atas manusia memiliki gaya hidup dalam berpakaian yang berbeda-beda
seiring dengan kemauan, kemampuan, kebutuhan, status social, daya beli,
dll.
Dari hal di atas maka
produsen dituntut agar bisa memahami kebutuhan manusia yang memiliki
gaya hidup bermacam-macam. Agar produsen bisa membuat dan menyesuaikan
produk pakaian yang dikeluarkan agar tepat sasaran maka wajib untuk
memperhatikan hal tersebut.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Seberapa penting pakaian bagi manusia ?
1.2.2. Hubungan pakaian dengan gaya hidup ?
1.2.3. Pengaruh harga terhadap daya beli konsumen ?
1.2.4. Gaya berpakaian sesuai tingkat social manusia ?
1.3. Tujuan penulisan
Agar kita belajar memahami keinginan konsumen yang dapat dilihat dari tingkatan kehidupan konsumen itu sendiri.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Abraham Maslow
(1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow.
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan
biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu
tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika
seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang
pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Sesudah kebetuhan
fisiologis terpenuhi kemudian muncul kebutuhan keamanan, stabilitas,
proteksi, struktur hokum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut
dan cemas. Misalnya saja rumah untuk berteduh.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk
keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya
kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow
menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan
keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan
memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas
pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan.
Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat
penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas,
berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang
lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang
merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan
di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk
aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri
sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu
“lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus
melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka
merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang,
kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman,
tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk
mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas
apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
2.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Berpakaian
1. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan
berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku pembelian konsumen dalam
factor kebudayaan ini terdapat beberapa komponen antara lain budaya
merupakan factor penentuan yang paling mendasar dari keinginan dan
perilaku seseorang karena kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan
manusia.
Menurut kotler
kebudayaan adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan
perilaku konsumen. Sub-sub budaya terdiri dari kebangsaan agama,
kelompok ras,dan daerah geografis. Banyak sub budaya yang membentuk
segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang diseasuaikan dengan kebutuhan mereka. Jadi factor
kebudayaan yang mempengaruhi pembelian konsumen dari segi pakaian sangat
berpengahuh terhadap pembelian konsumen. misalnya konsumen di Indonesia
lebih memilih membeli batik dibandingkan membeli kain sari dari Negara
india karena batik merupakan pakaian kebudayaan asal Indonesia, dan oleh
karena itu konsumen di Indonesia akan lebih memilih membeli batik yang
berasal dari Negara Indonesia dibandingkan dengan membeli kain sari yang
berasal dari india.
2. Faktor Sosial
Selain factor budaya
prilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh factor-faktor social.
Seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan
seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
Factor keluarga
merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Factor peran dan status meliputi kegiatan yang diharapkan
akan dilakukan oleh seseorang. Jadi factor social yang mempengaruhi
pembelian konsumen dari segi pakaian misalnya status seorang manajer
dengan office boy akan berbeda selera pembelian pakaian mereka dari segi
harga,kualitas, dan tempat pembelian pakaian tersebut karena
dipengaruhi status social orang tersebut karena tingkatan pendapatan
yang berbeda.
3. Faktor Pribadi
Factor pribadi
merupakan cara mengumpulkan dan mengelompokkan kekonsistenan reaksi
seseorang individu terhadap situasi yang terjadi dalam membeli sesuatu
juga dipengaruhi oleh factor kepribadian dari konsumen yang
bersangkutan. Jadi factor pribadi yang mempengaruhi pembelian konsumen
misalnya dari segi usia seorang konsumen akan memakai pakaian sesuai
dengan usia mereka, misalnya anak-anak akan mengunakan pakaian
anak-anak, dari segi jenis kelamin misalnya seorang wanita akan memakai
rok atau pakaian feminime seperti dres dan pria akan lebih memilih
memakai pakaian yang maskulin seperti t-shirt, dan jaket.
4. Faktor psikologi
Pilihan pembelian
konsumen oleh 4 faktor psikologi utama yaitu motivasi, presepsi,
pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. Motivasi konsumen memiliki
banyak kebutuhan pada waktu tertentu, presepsi seseorang konsumen yang
termotivasi akan siap untuk bertindak bagaimana seorang konsumen yang
termotivasi akan dipengaruhi oleh presepsinya terhadap situasi tertentu.
factor psikologi yang mempengaruhi pembelian konsumen dari segi pakaian
misalnya seseorang sudah terbiasa membeli pakaian dengan merk zara maka
seseorang tersebut jika pergi ke pusat perbelanjaan akan lebih memilih
pakaian dengan merk zara dibandingkan merk lainnya karena factor
psikologi yang sudah terbiasa, nyaman dan puas dengan merk tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
PAKAIAN BAGI MANUSIA
3.1. Pentingnya Pakaian Bagi manusia
Pakaian adalah salah
satu kebutuhan pokok bagi manusia, tanpa pakaian manusia tidak dapat
menutupi tubunya dengan aman. Pakaian juga adalah hal penting untuk
menunjang penampilan, dengan pakaian manusia dapat memiliki kepercayaan
diri dihadapan manusia lainnya.
Pakaian adalah
pelindung tubuh yang paling utama dari hal-hal lain seperti
perawataan-perawataan kulit dan sebagainya. Manusia dapat merasakan
manfaat dari pakaian yaitu : penutup badan dari sengatan panas
matahari, menutupi aurat, penunjang penampilan agar terlihat lebih baik
dan percaya diri, dll.
3.2. Hubungan Pakaian Dengan Gaya Hidup
Seiring majunya
perkembangan jaman fasion pun menjadi hal yang penting bagi manusia saat
ini. Misalnya fasion dalam hal berpakaian saat ini merupakan hal paling
penting bagi sebagian orang.
Banyak model pakaian
yang bisa manusia pakai untuk menutupi tubuhnya atau bahkan menjadi
penunjang penampilan mereka. Contohnya model pakaian muslim untuk orang
muslim yang mengenakan kerudung, baju pesta untuk orang yang senang
menghadiri undangan hiburan, jamuan, dll.
Begitu banyak model
pakaian di dunia ini sehingga banyak pula gaya yang disenangi manusia
dalam berpakaian sesuai dengan gaya hidup mereka.
Tetapi tidak sedikit
juga manusia yang memilih pakaian berdasarkan kenyamanan bukan
mengutamakan penampilan, contohnya pemakaian kaos oblong agar simple
untuk melakukan kegiatan tanpa merasa repot.
3.3. Pengaruh Harga Pakaian Terhadap Daya Beli Konsumen
Pakaian bermerek dan
mempunyai daya jual tinggi mungkin tidak jadi masalah untuk orang yang
memiliki uang, tetapi untuk orang yang mempunyai daya beli yang rendah
hal tersebut bukanlah hal yang harus diutamakan pada saat akan membeli.
Orang yang memiliki
daya beli tinggi biasanya memperhatikan merek dan kualitas pada saat
akan mmbeli, berbanding terbalik dengan orang yang daya belinya rendah
mereka cenderung mengutamakan harga, kenyamanan contohnya pakaian murah,
bagus dilihat dan enak dipakai maka mereka akan langsung tertarik
dengan pakaian tersebut dan langsung membelinya sesuai kemampuan daya
beli mereka.
3.4. Gaya Berpakaian Sesuai Tingkatan Sosial Manusia
Bermacam-macam tingkatan social manusia di dunia ini. Dari tingkat bawah sampai atas memiliki gaya berpakaian berbeda pula.
Dilihat dari tingkatan
social yang paling rendah contohnya seorang pedagang kaki lima yang
penghasilannya hanya untuk kebutuhan pokok saja maka dapat terlihat
jelas mereka belum memikirkan penampilan atau cara berpakaian, mereka
lebih memikirkan hal lain seperti makan untuk sehari-hari dibanding
membeli pakaian.
Kemudian dari tingkat
social menengah manusia sudah mulai memperhatikan gaya berpakaiannya,
misalnya seorang guru SD senang membeli pakaian yang terlihat sopan dan
rapi dengan harga yang lumayan. Mereka juga mulai memperhatikan merek
dan kualitas tetapi mereka juga masih membanding-banding harga saat akan
membeli dan melihat kemampuan daya belinya sendiri
Lalu dari tingkat
social atas yang sudah memiliki segaalanya.dapat kita lihat bahwa mereka
sudah bahkan amat sangat memperhatikan gaya berpakaian dan sebagai
penunjang penampilan mereka. Mereka beranggapan pakaian mencerminkan
bagaimana sosok dan kepribadian seseorang. Misalnya seorang pengusaha
sukses dan ternama lebih memilih pakaian yang bermerek, berkualitas dan
memiliki daya jual atau harga yang tinggi dengan alasan agar mereka
tidak dipandang sebelah mata oleh lawannya.
Harga yang sangat amat
mahal untuk sebuah pakaian tidak dipermasalahkan mereka, karena mereka
lebih mengutamakan pengakuan diri dari cara mereka menonjolkan diri dari
cara berpakaian. Berbeda dengan tingkat menengah dan bawah yang masih
memperhatikan harga.
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pakaian akan
dipilih konsumen sesuai dengan yang mereka butuhkan dan mereka sukai
sesuai dengan daya beli.
Dan tidak menutup kemungkinan bahwa merek
dan kualitas menjadi acuan untuk membeli ketika konsumen memiliki daya
beli yang mulai meningkat.
Pembelian pakaian oleh konsumen juga sangat dipengaruhi oleh banyak factor.
DAFTAR PUSTAKA